FORUM PENGAJIAN QUR'AN HADITS

"Kami hanya ingin menegakkan nilai-nilai Al-Quran dan Al-Hadits"
cbox

Jumat, 05 Juli 2013

MENINGKATKAN SEMANGAT MENCARI ILMU DAN MENGAMALKANNYA




الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ r وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ، أَمَّا بَعْدُ :
قُلْ إِنْ كَانَ أباَؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِه وَجِهَادٍ فِى سَبِيْلِه فَتَرَبَّصُوْا حَتّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِه وَاللهُ لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ * سورة التوبة ٢٤
Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, keluarga kalian, harta benda yang kalian usahakan, dan dagangan yang kalian khawatirkan akan rugi, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, (jika semuanya itu) lebih kalian cintai daripada Alloh dan RosulNya dan (daripada) berjihad dalam agama Alloh, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan perkara (siksa)Nya; karena Alloh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.”

Besarnya cinta kita kepada Alloh dan RosulNya akan terukur dari sejauh mana pengorbanan yang kita berikan, ialah dalam wujud seberapa banyak waktu yang kita luangkan untuk mengerti tentang Alloh dan RosulNya, untuk mengerti tentang apa yang menjadi tuntunanNya, dan selanjutnya membuktikan dengan mengamalkannya. Apalagi kalau bukan mengkaji Al-Qur`an dan Hadits secara mendalam hingga mengerti, memahami dan sekaligus mengamalkan segala apa yang menjadi tuntunan dari Alloh dan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam.

Cinta yang sampai pada tahap inilah yang dijanjikan oleh Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam akan menemukan manisnya iman, itulah cinta yang sejati, cinta yang setiap orang iman harus memiliki, cinta yang pasti kan terbalas... ialah cinta kita kepada Alloh dan Rosululoh Shollallohu ‘alaihi wasallam.
Inilah cinta yang wajib diperjuangkan, yang wajib diprioritaskan di atas segala-galanya. Karena banyak orang telah salah meletakkan cintanya, mengakibatkan mereka memandang ilmu Al-Qur`an dan Hadits yang menjadi pedoman agamanya jauh di bawah segala macam ilmu duniawinya.
menjadi ‘alim terhadap ilmu Al-Qur`an dan Hadits, serta dipaparkan segala hal yang menjadi pertimbangan untuk mengutamakan menjadi ‘alim terhadap ilmu Al-Qur`an dan Hadits serta hal-hal yang melatarbelakanginya agar kita tidak salah dalam meletakkan cinta kita!
Latar Belakang

Alhamdulillah, sebenarnya banyak hal yang patut kita syukuri dalam hidup kita saat ini, semua kebutuhan, seperti; sandang, pangan, papan yang menjadi kebutuhan pokok bagi kita, cukup mudah kita dapatkan. Situasi yang relatif aman, sarana dan prasarana yang mendukung semua aktivitas, baik yang bersifat duniawi maupun ibadah tersedia dengan cukup, sehingga dengan semua itu memudahkan siapa saja untuk meraih sukses dalam kehidupannya, baik sukses dalam pendidikan maupun karirnya. Semua itu masih didukung dengan perkembangan dalam bidang teknologi yang membawa kita dalam kehidupan modern yang serba canggih, hal-hal yang dulu harus dilakukan dan didapatkan dengan susah payah, kini dengan kecanggihan teknologi menjadi mudah dilakukan, dan didapatkan hasil yang lebih memuaskan.

Di sisi lain kemajuan teknologi yang demikian pesat, kehidupan yang serba modern dan serba canggih itu ternyata juga membawa dampak negatif dalam kehidupan kita. Dampak negatif itu merampas nilai kehormatan kita, bahkan merobek-robek kertas putih fitrah suci kehidupan kita! Sarana-sarana maksiat dan perbuatan keji bertebaran dan disebarkan melalui berbagai media. Seakan sudah lumrah ketika terlihat sepasang muda-mudi yang dengan tanpa malu dan sungkan lagi melakukan perbuatan keji, perbuatan yang mendorong dan membangkitkan syahwat. Bahkan tanpa malu mereka melakukan perbuatan itu disaksikan oleh ribuan pasang mata...!

Lalu mungkinkah orang-orang iman, yang mereka adalah orang-orang yang bijaksana, di dalamnya adalah wanita-wanita yang menjaga kesucian diri akan membiarkan diri mereka, putra-putri mereka, tenggelam dalam kebinasaan limbah produksi tekhnologi canggih dan limbah kreasi peradaban modern? Tentu kita tidak rela kebinasaan itu menimpa diri kita maupun anak cucu kita.

Pengaruh-pengaruh inilah yang dampaknya dapat mengakibatkan menurunnya semangat jama’ah dalam mencari ilmu.
Menyadari akan besarnya bahaya dari pengaruh-pengaruh kemaksiatan ini maka menjadi ‘alim terhadap ilmu Al-Qur`an dan Hadits adalah satu satunya pilihan bagi keselamatan diri kita, dan sekali lagi ‘alim terhadap ilmu Al-Qur`an dan Hadits adalah satu-satunya pilihan dan tidak ada pilihan yang lain! Alloh telah mengungkapkan hal ini dalam firmannya :
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِباَدِهِ الْعُلَمَاؤُ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ * سورة فاطر ٢٨
Sebenarnya yang takut (melanggar perintah) Alloh dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun.

A. Pengaruh-pengaruh Yang Menurunkan Semangat Mencari Ilmu
Modernisasi dengan dampak negatif dari kemajuan teknologinya mengakibatkan terjadinya perubahan peradaban manusia, perubahan pola pikir, dan bergesernya nilai moral yang semua itu semakin menjauhkan umat manusia dari ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama.

Saat ini yang perlu kita pikirkan bersama adalah bagaimana agar diri kita, anak cucu kita, orang tua kita, keluarga kita, semuanya bisa selamat dari semua kerusakan dan kemaksiatan itu dengan cara mewaspadai berbagai macam pengaruhnya.

1. Pengaruh pergaulan.
Telah menjadi petunjuk yang sering kali disampaikan melalui nasehat-nasehat dari para ulama` kita bahwa menjaga pergaulan adalah salah satu diantara lima syarat utama diperolehnya kefahaman Jama’ah. Hal ini menjadi begitu penting dan menentukan agar jama’ah terhindar dari pengaruh-pengaruh yang menurunkan semangat dalam mencari ilmu. Kita perhatikan sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam berikut ini:
اْلأَرْوَاحُ جُنُوْدٌ مُجَنَّدَةٌ ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ * رواه البخارى عن عائشة
Ruh-ruh (semua hamba) bolo-membolo (saling berkumpul), ruh yang saling mengenal (karena kesamaan sifat) akan berkumpul dan ruh yang saling ingkar akan berselisih (berpisah).


Berdasarkan hadits diatas kita tahu bahwa hamba yang berthobiat baik akan berkumpul dan mendekat kepada hamba yang baik, dan sebaliknya hamba yang berthobiat buruk akan berkumpul dan mendekat kepada hamba yang berthobiat buruk pula. Hamba yang berthobiat baik tidak akan mungkin bisa tenang berkumpul dengan hamba yang berthobiat buruk.
Kita bisa mengambil pelajaran dari Luqman Al-Hakim yang berpesan kepada putranya :
يَابُنَيَّ جَالِسِ الْعُلَمَاءَ وَزَاحِمْهُمْ بِرُكْبَتَيْكَ فَإِنَّ اللهَ يُحْيِى الْقُلُوْبَ بِنُوْرِ الْحِكْمَةِ كَمَا يُحْيِى اللهُ اْلأَرْضَ الْمَيْتَةَ بِوَابِلِ السَّمَاءِ * رواه مالك فى المواطأ
Wahai anakku temani duduklah ulama` dan desaklah mereka dengan kedua lututmu (selalu mendekat untuk meraih ilmu dari mereka), karena sesungguhnya Alloh akan menghidupkan hati dengan cahaya hikmah (yang diperoleh dengan ilmu dari ulama`) sebagaimana Alloh menghidupkan kembali bumi yang kering sebab turunnya hujan dari langit.
Mungkinkah orang yang faham akan tahan berkumpul bersama dengan orang-orang yang banyak berbuat maksiat karena mereka adalah orang-orang yang bodoh ilmu agamanya?

Tentu ia akan merasa resah dan gelisah tatkala berada di tengah-tengah mereka, bagaikan seekor ikan yang dipaksa mentas dan hidup di luar kolamnya!
Lebih jelas Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ * رواه أبو داود عن أبى هريرة
Seorang laki-laki itu menetapi kebiasaan teman dekatnya, maka hendaklah ia melihat siapa yang menjadi teman dekatnya.
Siapakah teman kita? Dialah yang akan menentukan siapa kita!
Menyadari akan hal ini, Shohabat Abu Tholhah sengaja minta kepada Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam agar anak tirinya yaitu Anas bin Malik diidzinkan menemani dan melayani beliau hingga kurun waktu 10 tahun lamanya agar Anas di kemudian hari menjadi seorang yang ‘alim dan berkepribadian sebagaimana Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam.

Begitu besar pengaruh pergaulan, seseorang yang yang semula faham sekalipun akan bisa rusak dan hilang kefahamannya jika salah dalam memilih teman bergaul, apalagi jika dia bukan orang ‘alim dan salah memilih teman bergaul.
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam menggambarkan:
مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيْرِ الْحَدَّادِ لاَ يَعْدِمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيْهِ أَوْ تَجِدُ رِيْحَهُ وَكِيْرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيْثَةً * رواه البخارى عن أبى موسى
Perumpamaan teman bergaul yang sholih dan teman bergaul yang jelek adalah sebagaimana penjual minyak wangi dan ubupan (perapian) pandai besi. Penjual minyak wangi tidak akan melewati padamu, adakalanya kamu akan membeli minyak wangi itu darinya, atau (paling tidak) kamu akan mendapatkan bau wanginya. Dan (sedangkan) pandai besi akan membakar badanmu atau pakaianmu atau (paling tidak) akan kamu dapatkan bau sangitnya.

Lalu siapakah yang menjadi teman kita? Siapakah yang menjadi teman bagi anak-anak kita? Dan siapakah yang menjadi teman bagi anggota keluarga kita? Apakah mereka adalah teman yang sholih? Atau justru sebaliknya?!

2. Pengaruh perkembangan ekonomi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi begitu penting peranannya bagi kelangsungan hidup setiap umat manusia, sehingga adalah hal yang wajar ketika tiap orang mengharapkan bisa hidup dengan berkecukupan dan mempunyai taraf ekonomi yang baik dan mapan. Namun sayang ternyata faktor ekonomi, kerap kali menjadi alasan pembenaran bagi mereka yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mencari dunia dan tidak menyisakan waktu untuk mencari ilmu Al-Qur`an dan Hadits. Bagi jama’ah yang faham, ketika ia bisa hidup dengan berkecukupan dan mempunyai taraf ekonomi yang mapan maka kekayaan duniawi yang ia miliki akan banyak ia arahkan untuk kelangsungan pembelaan agamanya karena ia mengacu pada firman Alloh:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلى تِجَارَةٍ تُنجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ * تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِه وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ * سورة الصف ١٠-١١
Wahai orang-orang yang beriman, maukah kalian Aku tunjukkan pada dagangan yang dapat menyelamatkan kalian dari siksa yang pedih? Yaitu, kalian beriman kepada Alloh dan RosulNya, serta kalian berjuang membela agama Alloh dengan harta benda dan diri kalian. Yang demikian itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalisn hendak mengetahui (hakikat yang sebenarnya).
Juga mengacu pada sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
إِذاَ كاَنَ فِى آخِرِ الزَّمَانِ لاَ بُدَّ لِلنّاَسِ فِيْهَا مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّناَنِيْرِ يُقِيْمُ الرَّجُلُ بِهاَ دِيْنَهُ وَدُنْياَهُ * رواه الطبرانى فى الكبير عن عمران بن حصين

Ketika telah ada di dalam zaman akhir maka tidak bisa tidak (harus) bagi manusia yang hidup di zaman itu (menggunakan) dirham dan dinar untuk menegakkan agamanya dan (juga) dunianya.
Hendaklah kita waspada karena ternyata hasrat terhadap ekonomi yang secara kodrati telah dimiliki oleh setiap anak Adam akan muncul menjadi bumerang ketika tidak didasari dengan kefahaman agama yang cukup! Yaitu kefahaman agama yang diraih melalui penguasaan Qur`an dan Hadits. Sebab jika tidak, maka hasrat itu akan menjadi liar dan dari situlah muara segala macam bentuk kesalahan akan dilakukan.

Hal ini telah diisyaratkan oleh Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
حُبُّ الدُّنْياَ رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ * رواه البيهقى عن الحسن
Senang (yang berlebihan) terhadap dunia adalah pangkal dari segala kesalahan.
Tidak sedikit orang berdusta, khianat, serta hilang sifat amanatnya karena berawal dari rasa senang dan nggrangsangnya pada harta dunia. Bahkan orang yang telah dianggap alim pun akan terseret ke dalamnya ketika pangkal segala kesalahan ini ia abaikan.

Dan salah satu alasan kenapa ia sampai mengabaikan pangkal segala kesalahan ini adalah karena ia tidak meneladani sifat zuhud yang telah diwariskan oleh Rosululoh Shollallohu ‘alaihi wasallam.
Almarhum KH. Nurhasan Al-Ubaidah pernah menyebut sebuah istilah dalam nasehatnya : “Ojo ongso-ongso, koyo cacing nguntal klopo, ora kuntal malah bongko.”

Ini adalah sebuah peringatan agar kita tidak tamak akan harta.
Ingatlah firman Alloh :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلا َيَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُوْرُ* إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوًّا فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوْ حِزْبَه لِيَكُوْنُوْا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ * سورة فاطر ٥-٦
Wahai umat manusia, sesungguhnya janji Alloh (membalas amal kalian) adalah benar maka janganlah kalian tertipu daya oleh kemewahan hidup dunia, dan janganlah syetan yang menjadi penipu terbesar itu memperdayakan kalian meninggalkan tho’at pada Alloh. Sesungguhnya syetan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah dia musuh (yang mesti dijauhi tipu dayanya); sebenarnya dia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka Sa’ir.

B. Akibat Kurangnya/Hilangnya Ilmu

Ketika umat manusia disibukkan oleh segala macam persoalan duniawi dan ia pun berani menomorduakan masalah akhirat, maka muncullah sebuah generasi yang begitu mahir dan membanggakan ilmu dunianya namun ia bodoh terhadap ilmu agama, dan ketahuilah bahwa terhadap generasi semacam inilah Alloh akan menjatuhkan murkanya!
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اللهَ تَعاَلىَ يَبْغَضُ كُلَّ عاَلِمٍ باِلدُّنْياَ جاَهِلٍ باِْلأَخِرَةِ * رواه الحاكم عن أبى هريرة
Sesungguhnya Alloh yang maha luhur murka pada tiap-tiap orang yang pandai ilmu dunia yang bodoh dalam ilmu akhirat.
Dan orang yang seperti ini Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam menggambarkan sebagai pribadi yang teramat buruk. Beliau bersabda :
إِنَّ اللهَ يَبْغَضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ سَخَّابٍ فِى اْلأَسْواَقِ جِيْفَةٍ باِللَّيْلِ حِماَرٍ باِلنَّهاَرِ، عاَلِمٍ باِلدُّنْياَ جاَهِلٍ بِاْلأَخِرَةِ * رواه البيهقى
Sesungguhnya Alloh akan murka kepada tiap-tiap orang yang keras hatinya lagi sombong, orang yang senang ramai (bertengkar) di pasar, seperti bangkai di malam hari (karena tidak sholat malam), seperti khimar di siang hari (karena hanya memikirkan makan), pandai ilmu dunia namun bodoh ilmu akhirat.

Dan ketika ulama` sebagai pewaris ilmu para nabi satu demi satu wafat, sebelum ada generasi penerus yang lebih dulu mewarisi ilmunya, maka seiring dengan berpulangnya para ulama` menghadap kepada Alloh, berpulang pulalah kebenaran ilmu Al-Qur`an dan Hadits ini, dan ini sungguh akan berakibat sangat fatal bagi keselamatan kita seluruh umat manusia yang hidup di permukaan bumi ini! Karena yang akan menjadi pemimpin kita tinggal orang-orang yang bodoh lagi hina. Sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا * رواه البخارى عن عبد الله بن عمرو بن العاص
Sesungguhnya Alloh tidak akan mencabut ilmu dengan cara mencabut ilmu itu dari hamba-hambanya, akan tetapi Alloh mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para ulama`, sehingga ketika tidak ada seorang ‘alim pun yang tersisa maka manusia menjadikan orang-orang yang bodoh sebagai pemimpin mereka, lalu ketika pemimpin yang bodoh itu ditanya maka mereka akan memberi fatwa dengan tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.

Hilangnya ilmu ternyata bukan saja berakibat buruk pada agama namun juga berakibat buruk pada urusan-urusan dunia, sebagaimana pesan yang pernah disampaikan oleh seorang ahli hadits :
عَنِ الزُّهْرِيِّ كاَنَ مَنْ مَضَى مِنْ عُلَمَاءٍ يَقُوْلُوْنَ اْلإِعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ وَالْعِلْمُ يُقْبَضُ قَبْضًاسَرِيْعًا فَنَعْشُ الْعِلْمِ ثَبَاتُ الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَفِى ذِهَابِ الْعِلْمِ ذِهَابُ ذَالِكَ كُلِّهِ * رواه الدارمى
Dari Zuhri (ia berkata) : adalah para ulama` salaf mereka berkata, “Berpegang teguh terhadap sunnah adalah keselamatan. Ilmu itu akan digenggam dengan cepat, maka menegakkan ilmu itu akan menetapkan agama dan dunia, dan didalam hilangnya ilmu adalah hilangnya semua (agama dan dunia).”

C. Polnya Ilmu Al-Qur`an dan Hadits

Keagungan dan kemuliaan Alloh sebagai Sang Pencipta alam semesta tak terbandingi oleh apapun, karena pada hakekatnya semua yang selain Alloh adalah makhluq, demikian pula dengan kalam Alloh yang mengalahkan sya`airul kalam, sebagaimana telah dijelaskan oleh Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
فَضْلُ الْقُرْأنِ عَلَى ساَئِرِ الْكَلاَمِ كَفَضْلِ الرَّحْمنِ عَلَى ساَئِرِ خَلْقِهِ * رواه البيهقى عن أبى هريرة
Keutamaan ilmu Al-Qur`an mengalahkan semua kalam sebagaimana keutamaan Alloh mengalahkan semua makhluqnya.
Sebaliknya jika seseorang menganggap semua ilmu dunia itu lebih utama dan lebih mulia daripada Al-Qur`an dan Hadits maka itu adalah sebuah kemaksiatan kepada Alloh! Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَمَنْ قَرَأَ الْقُرْأنَ فَرَأَى أَنَّ أَحَدًا أُعْطِيَ أَفْضَلَ مِمَّا أُعْطِيَ فَقَدْ عَظَّمَ ماَ صَغَّرَ اللهُ وَصَغَّرَ ماَ عَظَّمَ اللهُ * رواه الطبرانى
Dan barangsiapa membaca Al-Qur`an lalu ia menganggap bahwa ada seseorang yang telah diberi sesuatu yang lebih utama daripada (Al-Qur`an) yang telah diberikan kepadanya maka sungguh ia telah mengagungkan sesuatu yang diremehkan oleh Alloh dan ia telah meremehkan pada sesuatu yang telah diagungkan oleh Alloh.

Oleh karena itulah Alloh mengangkat derajat orang iman yang ‘alim, sebagaimana firman Alloh dalam Al-Qur`an:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ * سورة المجادلة ١١
Alloh mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian, dan orang-orang yang diberi ilmu (dari kalangan kalian), beberapa derajat. Dan (ingatlah), Alloh Maha Waspada tentang apa yang kalian lakukan.
Marilah kita simak bagaimana Al-Imam Al-hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘Asqolani menjelaskan dalam kitabnya “Fathul Baari : syaroh Shohih Bukhori” tentang sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ ... الحديث * رواه البخارى عن معاوية
Barangsiapa yang Alloh menghendaki kebaikan padanya maka Alloh menjadikannya faham/ahli dalam agama.
Penjelasan itu sbb:
وَمَفْهُوْمُ الْحَدِيْثِِ أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَفَقَّهْ فِى الدّيْنِ ، أَيْ يَتَعَلَّمَ قَوَاعِدَ اْلإِسْلاَمِ وَمَا يَتَّصِلُ بِهَا مِنَ الْفُرُوْعِ ، فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ * فتح البارى شرح صحيح البخارى
Yang tersirat dalam hadits ini, dapat dipahami bahwa sesungguhnya orang yang tidak memahami ilmu agama − yaitu orang yang tidak mempelajari dasar-dasar/pokok-pokok Islam dan apa-apa yang terkait dengannya dari masalah furu’iyah − maka ia diharamkan mendapatkan kebaikan.

Kalau sudah dinyatakan bahwa tanpa faham dan mengerti terhadap Qur`an dan Hadits tidak akan bisa takut kepada Alloh dan tidak akan mendapatkan kebaikan dari Alloh, lalu... siapalagi yang lebih berhak kita takuti selain Alloh? Dan kebaikan apalagi yang lebih kita harapkan selain surga Alloh?

D. Kefadlolan Mencari Illmu dan Menjadi ‘Alim

Siapakah yang tidak senang dan bangga jika jalan hidup yang dilaluinya di muka bumi ini Alloh menghitungnya sebagai jalan surga yang sedang dilalui? Jalan surga itu didapat oleh orang-orang yang mencari ilmu Al-Qur`an dan Hadits.
Siapakah yang tidak senang dan bangga jika dirinya serta anak cucunya menjadi orang yang dicintai oleh Allah, dicintai oleh semua malaikat penghuni langit dan bumi ? Cinta itu didapat oleh orang-orang yang mencari ilmu Al-Qur`an dan Hadits.

Siapakah yang tidak senang dan bangga jika dimintakan ampun oleh semua penghuni langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan yang ada di dalam air?
Siapakah yang tidak senang dan bangga jika mendapatkan keutamaan dari Alloh mengalahkan hamba-hamba yang lain, Sebagaimana cahaya bulan di malam purnama mengalahkan cahaya semua bintang di langit? Keutamaan itu didapat oleh orang-orang yang ahli ilmu, bukan orang lain.

Siapakah yang tidak senang dan bangga jika dijadikan sebagai pewaris para nabi, manusia terpilih yang paling dekat dengan Alloh di muka bumi ini? Pewaris itu adalah orang-orang yang ‘alim (ahli ilmu), bukan orang lain!
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِى اْلأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِى جَوْفِ الْمَاءِ ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِينَارً وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ * رواه ابن ماجه
Barangsiapa yang melewati sebuah jalan, ia mencari ilmu di jalan itu, maka Alloh menjalankannya di salah satu jalan-jalan surga. Dan sesungguhnya niscaya ada malaikat yang meletakkan/merapatkan sayapnya karena ridlo terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang alim niscaya dimintakan pengampunan oleh penghuni langit, penghuni bumi dan juga ikan-ikan yang ada di dalam air. Dan sesungguhnya, keutamaan orang yang ‘alim mengalahkan orang yang ahli ibadah (tetapi tidak alim) sebagaimana keutamaan cahaya bulan purnama yang mengalahkan semua cahaya bintang di langit. Dan sesungguhnya ulama` adalah pewaris para nabi, yang para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, namun mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambil ilmu itu berarti ia telah mengambil bagian yang sempurna!
Sebagian orang merasa, kesibukannya dalam menuntut ilmu Al-Qur`an dan Hadits akan mengurangi kesempatannya untuk membantu dalam meringankan maisyah keluarganya. Namun sebenarnya justru dengan kesibukannya dalam menuntut ilmu Al-Qur`an dan Hadits, Alloh mencurahkan banyak kebarokahan, baik terhadap dirinya maupun keluarganya.

Hal ini pernah dialami oleh dua orang bersaudara yang hidup pada zaman Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ r فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِى النَّبِيَّ r وَالأَخَرُ يَحْتَرِفُ فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِيِّ r فَقَالَ لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ * رواه الترمذى
Dari Anas bin Malik Ia berkata : ada dua orang bersaudara pada zaman Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam, salah satunya datang (mengaji) kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam, sedangkan yang lain bekerja. Maka yang bekerja itu melaporkan tentang saudaranya kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam, maka Nabi bersabda, “Barang kali kamu diberi rizqi (oleh Alloh) lantaran saudaramu.”

Bagaimana hati kita tidak tergerak untuk membawa anak kita dan mengantarkannya menjadi seorang ulama` kalau ternyata Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam menjamin mahkota akan diberikan kepada kita saat menghadap di sisi Alloh di hari kiamat nanti?
Sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
مَنْ قَرَأَ الْقُرْأنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيْهِ أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِى بُيُوتِ الدُّنْيَا لَوْ كَانَتْ فِيْكُمْ فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِى عَمِلَ بِهذَا * رواه أبو داود
Barangsiapa membaca Al-Qur`an dan mengamalkan isinya, maka diberikanlah mahkota bagi kedua orang tuanya. Terangnya sinar mahkota itu lebih baik daripada terangnya sinar matahari di rumah dunia. Seandainya matahari itu ada di rumah kalian, lalu bagaimanakah persangkaan kalian terhadap orang yang mengamalkannya? (Jawab: tentu akan mendapatkan kedudukan yang lebih mulia dari pada orang tuanya!)

Dalam istilah Jawa disebutkan : “Dadi rojo gung binatoro kajen keringan nganggur ngetekur urip langgeng sak lawas-lawase.” Itu semua lantaran anak kita menjadi ulama`!!!
Dari semua uraian diatas, maka sungguh perlu kiranya bagi setiap orang tua jama’ah mempertimbangkan dengan sangat! Dalam membina putra-putrinya, agar menyisihkan waktu bagi putra-putrinya barang satu tahun untuk pergi mondok guna membekali ilmu yang luhur, yaitu mengerti Qur`an dan Hadits, dan alangkah akan lebih baik lagi jika sampai menjadi muballigh muballighot, hingga setiap putra-putri jama’ah mempunyai bekal dan modal yang cukup sebagai benteng pertahanan yang kuat bagi dirinya dalam menghadapi gencarnya pengaruh-pengaruh kemaksiatan dalam kehidupan kita di akhir zaman ini.

Dan bekal apakah yang lebih baik yang telah kita berikan pada anak-anak kita untuk menghadapi kerusakan zaman ini selain Qur`an dan Hadits? selain menjadikan mereka ulama`-ulama` yang faqih? Yang dengannya Alloh menjamin ketaqwaannya? Yang dengan ketaqwaan inilah Alloh memasukkan ke dalam surga.
Sebagaimana telah dituangkan dalam firman Alloh :
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى وَاتَّقُوْنِى يَاأُولِى اْلأَلْبَابِ * سورة البقرة ١٩٧
Dan hendaklah kalian mempersiapkan bekalmu, karena sesungguhnya sebaik-baiknya bekal ialah taqwa; dan bertaqwalah kepadaKu wahai orang-orang yang berakal.
Dan dengan taqwa inilah maka surga bisa kita raih karena hal ini merupakan janji dari Alloh, sebagaimana telah dimuat dalam Al-Qur`an :
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِى وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا تِلْكَ عُقْبَى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ * سورة الرعد ٣٥

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa itu ialah air sungai-sungainya senantiasa mengalir di sekitar tamannya, makanannya kekal tidak putus-putus dan naungannya senantiasa teduh. Itulah kesudahan usaha orang-orang yang bertaqwa, sedang kesudahan usaha orang-orang yang kafir ialah neraka.
Atau, masihkah kita akan menjadikan ke’aliman sebagai alternatif terakhir? Yang berarti keselamatan kita dan anak cucu kita dari segala kerusakan zaman ini pun akan kita jadikan sebagai alternatif terakhir pula?
Tentu saja kita akan berkata tidak!!! Karena itu berarti akan membiarkan kemungkaran-kemungkaran itu berjalan hingga memudlorotkan kita dan anak cucu kita, yang membiarkannya berarti jauh dari hakikat keimanan yang ada dalam diri kita!

Hal ini dengan jelas Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذاَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ * رواه مسلم عن أبى سعيد
Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah kemungkaran itu dengan menggunakan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan menggunakan lisannya, jika ia tidak mampu maka menggunakan hatinya, dan mengubah dengan hati itu adalah iman yang paling lemah.

Maka membentengi diri kita dan anak cucu kita dari semua kemungkaran yang ada dengan segala kemampuan yang kita miliki adalah mutlak kita lakukan, siapa lagi yang akan melakukannya kalau bukan kita sendiri? Karena bukanlah orang lain yang akan merubah keadaan pada diri kita, yang menentukan warna hitam atau putihnya hidup kita, akan tetapi dengan idzin Alloh kita sendirilah yang akan merubah dan menentukannya!
Alloh telah berfirman :
إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنفُسِهِمْ ... الأية * سورة الرعد أية ١١
Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga kaum itu mau mengubah pada keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

E. Kewajiban Mencari Ilmu dan Mengamalkan

Islam adalah agama samawi, agama yang segala tuntunan ibadahnya telah ditetapkan oleh Alloh Sang Kholiq Pencipta langit dan bumi, oleh karenanya hamba akan bisa mengenal Alloh sebagai Tuhannya untuk kemudian mengenal tuntunan ibadahnya dengan mengikuti petunjukNya bukan dengan cara mengikuti reka-reka fikirannya sendiri. Lalu agar hamba mengenal Tuhannya untuk selanjutnya mengikuti tuntunan ibadahnya maka Alloh pun berfirman :
فَاعْلَمْ أَنَّه لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ... الأية * سورة محمد ١٩
Ketahuilah (wahai Muhammad) sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Alloh,
Berdasarkan ayat ini, agar bisa mengetahui serta meyakini dengan sebenarnya tentang hakikat keesaan Alloh, maka berilmu menjadi perintah utama dari Alloh, yang berarti tanpa ilmu maka mustahil pengetahuan, keyakinan pada kebenaran hakekat keesaan Alloh itu bisa diraih!

Maka inilah alasan mengapa menuntut ilmu Al-Qur`an dan Hadits diwajibkan kepada setiap muslim, sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ ... الحديث * رواه ابن ماجه عن أنس بن مالك
Mencari ilmu itu wajib bagi tiap-tiap orang Islam.
Dan bagi orang yang telah mengerti dan memahami ilmunya ia berkewajiban mengamalkan ilmunya. Mengingat firman Alloh :
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِى أُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُوْنَ * سورة الزخرف 72
Dan (dikatakan lagi kepada ahli surga), “Surga yang diwariskan kepada kalian itu, disebabkan apa yang telah kalian amalkan.”

Surga dengan beberapa derajat yang ada di dalamnya hanya diberikan kepada orang yang mengamalkan ilmunya, hal ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut :
Sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى ماَ كَانَ مِنَ الْعَمَلِ * رواه البخارى
Alloh akan memasukkannya ke dalam surga menurut banyaknya amal (ibadah yang telah ia kerjakan).
Firman Alloh:
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوْا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ * سورة الأحقاف 19
Dan bagi masing-masing (akan mendapatkan) derajat yang sesuai dengan amalan mereka, dan supaya Allah menetapi amalan mereka, sedang mereka tidak dianiaya.
وَالْعَصْرِ * إِنَّ اْلإِنسَانَ لَفِى خُسْرٍ * إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ * سورة العصر 1-3
Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian; kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan mereka saling wasiat pada kebenaran serta mereka saling wasiat tentang sabar.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنِ آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ * كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُوْلُوْا مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ * سورة الصف ٢-٣
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian amalkan! Amat besar kebenciannya di sisi Allah apabila kalian mengatakan apa yang tidak kalian amalkan!

Kemudian diperkuat oleh sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
أَشَدُّ النَّاسِ عَذَاباً يَوْمَ الْقِياَمَةِ عاَلِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ * رواه الطبرانى فى الصغير عن أبى هريرة
Manusia yang paling berat siksanya di hari kiamat nanti ialah orang yang berilmu yang tidak bermanfaat ilmunya.

F. Upaya-Upaya Meningkatkan Semangat Mencari Ilmu

Mengingat demikian pentingnya mempelajari dan mendalami Al-Qur`an dan Hadits bagi kita, sementara begitu besar dampak negatif perkembangan teknologi mempengaruhi kesemangatan dalam mencari ilmu Al-Qur`an dan Hadits, maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan semangat jama’ah dalam mencari ilmu. Upaya-upaya itu antara lain :

1. Memanfaatkan waktu.

Marilah kita perhatikan dengan seksama, dari waktu demi waktu yang kita lalui, seberapa banyakkah yang kita pergunakan untuk ibadah kepada Alloh, dan seberapa banyakkah yang kita buang percuma? Untuk nonton televisi, menyaksikan film-film cerita, duduk-duduk bersama teman-teman dengan membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Maupun untuk hal-hal lain yang bersifat lahan-lahan.

Sungguh sangat beruntung jika waktu yang kita miliki dalam hidup yang sangat terbatas ini lebih banyak kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, baik bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Dan menggunakan waktu kita untuk mendalami Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah pilihan yang paling tepat. Toh waktu jika tidak kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat akan merugikan kita, ingat bahwa waktu yang telah berlalu tak akan kembali lagi, bagaikan senjata makan tuan, sebagai mana kata pepatah :
الْوَقْتُ كاَلسَّيْفِ مَنْ لَمْ يَقْطَعْ يُقْطَعْ *
“Waktu itu sebagaimana pedang, barangsiapa yang tidak menggunakannya (untuk hal-hal yang bermanfaat) maka pedang itu akan memotongnya.”

2. Motivasi.

Ada sebuah kisah nyata, seorang cabe rawit yang sedang duduk di samping ayahnya, lalu sang ayah berkata, “Le anakku, kalau kamu telah dewasa nanti ayah akan bangga ketika dapat menyaksikan kamu berhasil meraih sukses dalam karirmu. Tapi ayah akan lebih bangga lagi kalau kamu juga menjadi muballigh bahkan kalau kamu bisa, jadilah gurunya mubaligh, karena dengan kamu jadi mubaligh kelak akan menjadi celengan (tabungan) bagi orang tuamu di hadapan Alloh pada hari kiamat nanti.” Kini cabe rawit itu telah beranjak dewasa, lantaran dorongan semangat dari orang tuanya ia pun berhasil menjadi muballigh, gurunya muballigh, bisa meraih gelar sarjana serta sebagai pengusaha.
Cerita ini menunjukkan bahwa motivasi dari orang tua begitu besar pengaruhnya bagi kesemangatan mencari ilmu.

Maka perlu bagi orang tua, pengurus, penasehat dalam Jama’ah, memberikan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan yang dapat memotivasi generasi penerus untuk bersemangat mencari ilmu, jadi muballigh, jadi ulama` di dunia dan akhirat.

Sebagaimana dikehendaki oleh Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ مِنَ الْبَياَنِ لَسِحْراً * رواه أبو داود
Sesungguhnya sebagian dari keterangan itu bisa menyihir (merubah keadaan).
Disamping itu masih ada upaya-upaya lain yang mungkin dapat menambah kesemangatan didalam mencari ilmu.

Hendaklah dimengerti oleh semua jama’ah bahwa menjadi ahli ilmu yang merupakan perintah dari Alloh dan demikian luhur derajatnya di sisi Alloh itu tidaklah cukup hanya dengan mengerti dan menguasai Qur`an dan Hadits saja. Namun lebih dari itu wajib mengamalkannya, maka orang seperti inilah yang disebut ‘alim, sebagaimana diriwayatkan dari Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
وَالْعاَلِمُ الَّذِى يَعْمَلُ * رواه أبو الشيخ
Dan orang yang ‘alim adalah yang mengamalkan ilmunya.

Akhirnya kita berdo’a semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menyentuh hati semua warga Jama’ah yang mendengar dan membaca makalah ini hingga mampu memberi semangat pada dirinya maupun anak-anaknya untuk mencari ilmu, meraih predikat sebagai hamba Alloh yang ahli ilmu, semangat dan merasa mulia menyandang predikat sebagai muballigh muballighot yang faqih, karena itulah predikat yang mulia di sisi Alloh. Amin.


Semoga Qur`an Hadits Jama’ah senantiasa mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Alloh, hingga semua jama’ah bersama-sama masuk ke dalam surga Alloh selamat dari neraka Alloh. Amin.

1 komentar:

Alhamdulilah Jaza Kumullohu Khoiro , Atas Komentarnya Semoga Alloh Paring aman, selamat, lancar, berhasil, barokah...!